Dua Hari Jakarta Kering, Hasil Operasi Modifikasi Cuaca Mulai Terasa

Ida Farida
Jul 11, 2025

BNPB lakukan OMC di kawasan Jabodetabek. Foto: dok. BNPB

KOSADATA — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat operasi modifikasi cuaca (OMC) yang telah berlangsung empat hari terakhir mulai menunjukkan dampak signifikan. Intensitas hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya menurun hingga 60 persen. Bahkan, dua hari terakhir, langit Jakarta cenderung cerah tanpa hujan.

 

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyampaikan, hingga Kamis (10/7/2025), total 16 ton bahan semai telah disebarkan ke atmosfer melalui 18 sorti penerbangan. Penyemaian ini dilakukan menggunakan dua unit pesawat Caravan yang berbasis di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

 

“Dua pesawat tersebut bergantian melakukan penyemaian di atas wilayah Pesisir Utara dan Pesisir Selatan Jawa Barat, termasuk perairan sekitar Karawang, Bekasi, hingga Indramayu. Tujuannya, untuk mencegat awan hujan sebelum memasuki wilayah darat,” ujar Abdul dalam keterangannya, Jum'at, 11 Juli 2025.

 

Bahan semai yang digunakan terdiri dari 12,4 ton Natrium Klorida (NaCl) dan 3,6 ton Kalsium Oksida (CaO). Natrium Klorida berfungsi sebagai pemicu kondensasi awan, sementara Kalsium Oksida digunakan untuk meningkatkan curah hujan di area yang ditentukan.

 

OMC ini merupakan bagian dari penanganan darurat cuaca ekstrem di musim kemarau basah yang tengah melanda wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan sekitarnya. Operasi dilakukan sejak Senin (7/7/2025) hingga Jumat (11/7/2025) dengan dukungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta TNI Angkatan Udara.

 

Turunkan Hujan ke Laut

 

Secara teknis, operasi ini bertujuan untuk memaksa hujan turun di atas perairan sebelum mencapai daratan. Langkah ini diambil untuk mengurangi potensi banjir akibat hujan lebat yang diperkirakan masih akan terjadi hingga dasarian pertama Juli.

 

Seiring berkurangnya curah hujan, BNPB berharap upaya penanggulangan banjir seperti pemompaan air, penguatan tanggul, serta pembersihan saluran dapat berjalan optimal. “Harapannya, masyarakat bisa segera kembali beraktivitas dengan normal,” kata Abdul.

 

Waspada Cuaca Ekstrem Gelombang Berikutnya

 

Meski tren curah hujan di wilayah barat Jawa mengalami penurunan, BMKG memperkirakan potensi cuaca ekstrem masih bisa terjadi pada dasarian kedua Juli. Beberapa gelombang atmosfer diperkirakan kembali aktif pada 12 Juli 2025 dan dapat memicu hujan lebat di sejumlah wilayah.

 

“Potensi risiko cuaca ekstrem juga terpantau di wilayah Indonesia timur. Untuk itu, BNPB bersama BMKG akan melakukan evaluasi pasca operasi modifikasi cuaca besok, sekaligus menentukan apakah operasi perlu diperpanjang,” ujar Abdul.

 

BNPB mengimbau pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi di musim kemarau basah ini. Masyarakat pun diimbau membersihkan saluran air, memeriksa kekuatan bangunan, memangkas pohon rawan tumbang, serta menyiapkan rencana evakuasi keluarga.

 

“Mitigasi risiko tidak bisa hanya di hilir. Perlu partisipasi aktif dari masyarakat di tingkat terkecil,” kata Abdul.***

Related Post

Post a Comment

Comments 0