Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria dalam seminar internasional Night of Ideas 2025. Foto: UGM
KOSADATA — Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menegaskan bahwa sumber daya manusia merupakan aset terbesar dalam mendorong kemajuan teknologi, khususnya kecerdasan artifisial (AI). Pemerintah, kata dia, berharap perguruan tinggi di Indonesia mampu mempersiapkan lulusan yang siap memimpin revolusi AI yang kian tak terelakkan.
"AI bukan sekadar tren, melainkan revolusi teknologi yang akan mempengaruhi seluruh sendi kehidupan manusia," ujar Nezar dilansir laman resmi UGM, Kamis, 24 April 2025.
Hal ini dia sampaikan dalam seminar internasional Night of Ideas 2025 bertajuk Enhancing AI Society through Humanities Sciences: Freedom to Act, Ability to Do, Selasa, 22 April 2025. Acara tersebut digelar secara hybrid di Ruang Multimedia, Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada (UGM).
Nezar mengatakan, para peneliti di universitas memiliki peran strategis dalam mendorong riset terkait pemanfaatan AI di berbagai sektor industri serta untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari. Ia menilai masih terdapat ruang pengembangan dari sisi kualitas penelitian AI di tanah air.
“AI bukanlah limitasi. Universitas harus menjadi mesin inovasi dan turut membangun kerangka etis dalam penggunaannya. Mari kita gunakan AI dengan optimisme, keberanian, dan komitmen untuk berjalan bersama,” kata Nezar.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Wening Udasmoro, menyatakan komitmennya dalam pengembangan teknologi AI demi mendukung kualitas pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Menurutnya, UGM juga berupaya membangun pemahaman tentang AI dari perspektif ilmu sosial dan humaniora yang selama ini jarang disentuh.
“Diskusi tentang AI di ranah sosial-humaniora masih terbatas. Padahal, di era ketika media tak lagi sepenuhnya berada di bawah otoritas negara dan informasi beredar secara pribadi, isu etika dan kemanusiaan dalam penggunaan AI menjadi sangat penting,” tutur Wening.
Ia mengingatkan, AI sebagai produk kecerdasan manusia paling maju bisa berpotensi bertentangan dengan nilai-nilai bersama jika tidak diimbangi dengan kesadaran kritis dan ketajaman etis dalam pemanfaatannya.
Sementara itu, Direktur Institut Français Indonesia (IFI) Yogyakarta, Francois Dabin, menyebut tantangan dalam pemanfaatan AI ke depan meliputi ketergantungan informasi, perlindungan hak dasar manusia, hingga ancaman tergesernya peran manusia oleh mesin. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas negara dan institusi dalam mengelola AI untuk kepentingan kolektif.
“Bersama UGM, kami memilih bertindak lebih spesifik, menjadikan AI sebagai alat untuk meningkatkan kecerdasan kolektif dan memperkuat kapasitas sumber daya manusia,” jelasnya.
Seminar tersebut menjadi ruang refleksi bersama atas peluang dan tantangan di balik pesatnya kemajuan AI, sekaligus menyerukan pentingnya etika, kebebasan bertindak, dan kemampuan manusia dalam mengendalikan teknologi demi kesejahteraan bersama.***
Rekrutmen PPSU di Jakarta Dibuka Hari Ini, Cek Syarat dan Tahapannya
MEGAPOLITAN Jun 23, 2025Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Lirik Sholawat Waqtu Sahar, Lengkap dengan Terjemahan
SISI LAIN Jan 29, 2024Filosofi Iket Sunda yang Penuh Makna
SENI BUDAYA Mar 03, 2024Melepas Penat di Situ Ciranca Majalengka, Sejuknya Kemurnian Air Pegunungan
DESTINASI Apr 04, 2025
Comments 0