Kementan Dorong PLN Optimalkan Lahan Kritis untuk Pengembangan Biomassa

Ida Farida
Feb 03, 2025

Pengembangan biomassa sebagai bahan bakar pengganti batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) tidak hanya meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT), namun juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Foto: Humas PLN

co-firing di PLTU berkontribusi terhadap peningkatan bauran energi terbarukan, yang tercatat mencapai 1,86% pada tahun 2024, meningkat dibandingkan 2023 yang hanya 1,2%. PLN memanfaatkan berbagai jenis biomassa, termasuk sawdust, woodchip, cangkang sawit, sekam padi, pellet sekam padi, bonggol jagung, bahan bakar jumputan padat (BBJP), pellet tankos kelapa sawit, cangkang kemiri, dan limbah racik uang kertas (LRUK).

 

Selain mengurangi emisi karbon, penerapan teknologi co-firing biomassa ini juga mendukung prinsip keberlanjutan dalam aspek Environmental, Social, and Governance (ESG), dengan mendorong efisiensi dan penggunaan sumber daya yang lebih berkelanjutan.

 

“Biomassa berpotensi menciptakan ekonomi sirkuler melalui pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang sebelumnya tidak bernilai. Selain itu, program ini juga mampu merevitalisasi lahan-lahan kritis agar lebih produktif dan hijau,” tambah Darmawan.

 

Pada 2025, PLN menargetkan perluasan teknologi co-firing biomassa ke 52 PLTU dengan proyeksi kebutuhan biomassa mencapai 10,2 juta ton per tahun. PLN berkomitmen untuk mengembangkan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan melalui program Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu.***


1 2

Related Post

Post a Comment

Comments 0