Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada, Prof. Detty Siti Nurdiati. Foto: UGM
Lebih jauh, Detty menyoroti lemahnya sinergi antara bukti ilmiah dan pengambilan kebijakan. Ia mendorong penggunaan evidence synthesis, termasuk pemanfaatan teknologi dan kecerdasan buatan, sebagai landasan pembuatan kebijakan berbasis data. Menurutnya, tanpa riset yang tajam dan metodologi yang kuat, layanan kesehatan hanya akan menjadi tambal sulam.
Ironisnya, dalam upaya menurunkan angka kematian, sistem justru tersandera oleh tumpulnya infrastruktur dan lemahnya interprofesionalitas. “Peran dokter subspesialis seperti kami tidak akan berarti tanpa sistem kesehatan yang kokoh dan kolaboratif,” ujar Detty.
Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, dalam sambutannya menyebut Detty sebagai satu dari 75 Guru Besar aktif FK-KMK dari total 528 Guru Besar aktif UGM. Namun, di balik pencapaian akademik itu, angka kematian ibu dan bayi tetap menjadi pekerjaan rumah yang belum kunjung rampung. Sebuah sinyal bahwa masalahnya bukan pada kurangnya pakar, tapi lemahnya implementasi sistematis di lapangan.***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Filosofi Iket Sunda yang Penuh Makna
SENI BUDAYA Mar 03, 2024Melepas Penat di Situ Ciranca Majalengka, Sejuknya Kemurnian Air Pegunungan
DESTINASI Apr 04, 2025Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0