Direktur Perencanaan Bisnis PIS, Eka Suhendra. Foto: dok. Pertamina
Wakil Ketua Indonesian National Shipowners’ Association (INSA), Faty Khusumo, menegaskan pentingnya menyesuaikan opsi bahan bakar alternatif dengan kapasitas regional.
“Kita terbuka terhadap banyak opsi, tapi tetap harus realistis soal kesiapan pasokan dan infrastruktur,” ujar Faty.
Ketua China Classification Society (CCS), Lin Fuquan, menyatakan dukungannya terhadap upaya dekarbonisasi ini. Melalui organisasi Asian Classification Society (ACS), CCS telah menyiapkan berbagai panduan standardisasi, mulai dari Energy Efficiency Existing Ship Index (EEXI) hingga Ship Energy Efficiency Management Plan (SEEMP).
“Panduan ini dibuat untuk memastikan penerapan regulasi yang seragam di seluruh industri perkapalan Asia,” katanya.
PIS menyadari bahwa dekarbonisasi tak bisa dijalankan sendiri. Eka menyebut kolaborasi antarpelaku industri menjadi kunci mempercepat transisi energi bersih di sektor maritim.
Pernyataan itu diamini Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso. “Pertamina melalui PIS aktif mendorong distribusi energi dan mendukung Indonesia menjadi pemain global dalam industri maritim dunia,” ujar Fadjar.
Kini, tinggal menunggu apakah langkah ambisius PIS ini bisa menembus tantangan dan menjadikan Indonesia salah satu hub maritim hijau Asia.***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Melepas Penat di Situ Ciranca Majalengka, Sejuknya Kemurnian Air Pegunungan
DESTINASI Apr 04, 2025Filosofi Iket Sunda yang Penuh Makna
SENI BUDAYA Mar 03, 2024Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0