Sejumlah pengunjung di kawasan Dadaha aktif berolahraga. Foto: kosadata
Di bawah rindangnya pepohonan, orang-orang membakar kalori sambil menyambung silaturahmi dan menggerakkan ekonomi kecil.
Tak jauh dari lapak, deretan karya seni dan bingkai foto dipajang menempel pagar besi. Beberapa anak muda berhenti, memotret dengan ponsel mereka. Sementara itu, suara penjual tahu sumedang bersahutan dengan teriakan anak-anak yang bermain lompat tali di halaman kecil. Hiruk-pikuknya tidak bising, justru hangat—seperti pagi yang dirayakan bersama.
“Ada kepuasan sendiri,” kata Nisa sambil mengunyah potongan pepaya segar. “Badan gerak, hati senang, dapur aman.” Ia lalu melirik jam tangannya. “Masih jam delapan, tapi belanjaan udah lengkap. Sekarang tinggal ajak anak main sebentar sebelum pulang.”
Di Dadaha, hari Minggu bukan cuma tentang olahraga. Tapi juga tentang hidup yang dijalani pelan-pelan—di bawah bayang pepohonan tua dan di tengah hiruk suasana yang bersahabat.***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Melepas Penat di Situ Ciranca Majalengka, Sejuknya Kemurnian Air Pegunungan
DESTINASI Apr 04, 2025Filosofi Iket Sunda yang Penuh Makna
SENI BUDAYA Mar 03, 2024Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0