Siti Walidah yang lahir pada 3 Januari 1872 merupakan putri dari seorang penghulu di Keraton Yogyakarta.
Melalui kajian seperti itu, kaum hawa diharapkan sadar seputar kewajibannya sebagai manusia, istri, hamba Allah, dan sebagai warga negara. Ikhtiar yang dilakukan Nyai Dahlan juga menjadi tameng dari masifnya Kristenisasi di Jawa melalui sekolah yang disponsori pemerintah kolonial.
Setelah berjalan cukup lama, K.H. Fakhruddin, salah seorang pengurus Muhammadiyah, menyarankan untuk mengubah nama Sopo Tresno dan dijadikan organisasi wanita yang dikelola lebih baik. Maka, sejak 22 April 1917, namanya diganti menjadi Aisyiyah, dan pada 1922 resmi menjadi bagian dari Muhammadiyah.
Pergerakan Nyai Ahmad Dahlan dalam memberikan pencerahan dan mengangkat harkat martabat kaum hawa semakin luas. Terlebih, setelah menjadi bagian dari Muhammadiyah, Aisyiyah punya banyak cabang di berbagai daerah.
Salah satu fokus gerakannya adalah pemberantasan buta huruf arab dan latin. Bukan hanya melalui tatap muka, spektrum dakwah diperluas dengan membuat majalah bernama Suara Aisyiyah dan melalui amal-amal usaha yang beragam.
Selain ilmu agama, Nyai Ahmad Dahlan pun kerap menyampaikan tentang pentingnya budi pekerti kaum perempuan, seperti hormat pada orang tua, jujur dalam keseharian, sederhana, dan tidak boros.
Salah satu nasihatnya adalah “Apa yang diberikan oleh suamimu, maka terimalah dengan senang hati. Jangan merengek, karena itu bisa membebani suamimu. Janganlah kamu minta untuk dibelikan ini dan itu, karena itu bisa
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Berjiwa Besar, AHY Ucapkan Selamat untuk Anies-Cak Imin
POLITIK Sep 04, 2023
Comments 0