Hajat Sasih Kampung Naga dan Pesan di Balik Makanan Ditutup Daun

Peri Irawan
Jul 01, 2023

href="http://www.kosadata.com.jejakota.com/tag/Hajat%20Sasih">Hajat Sasih juga merupakan bagian dari ikhtiar sadar dalam menjaga nilai-nilai luhur yang telah diwariskan para pendahulu.

 

Tak heran, dalam Hajat Sasih ada ziarah ke makam Eyang Singaparna yang merupakan leluhur Kampung Naga. Sebelum ziarah, kaum adam harus membersihkan diri dulu di sungai Ciwulan dengan menanggalkan semua aksesori yang ada dalam badan, termasuk tidak menggunakan alas kaki.

 

Setelah mandi dan berwudu, para peziarah yang hanya diikuti laki-laki, kemudian mengenakan pakaian adat berupa jubah putih tanpa kancing, sarung, dan ikat kepala atau iket. Mereka lantas berkumpul di masjid, lalu ziarah ke makam yang berada di hutan larangan.    

 

Di saat kaum adam berziarah, para ibu menyiapkan makanan berupa tumpeng putih yang dilengkapi dengan bermacam lauk. Uniknya, semua makanan itu ditutupi daun, sehingga tidak diketahui ada apa saja di dalamnya. 

 

“Memang aturannya seperti itu. Semua makanan harus ditutup pakai daun agar (di dalamnya) tidak bisa dilihat oleh siapapun. Yang tahu hanya pembuatnya. Itu merupakan bentuk dari toleransi atau menghargai warga yang lain, karena setiap warga membawa lauk-pauk yang berbeda-beda,” papar Ucu.

 

Ia menegaskan, Hajat Sasih bukan ajang pamer, tapi sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang telah diberikan Allah Subhanahu wata’ala. “Apapun yang didapat, sekecil apapun, itu harus disyukuri. (Makanan yang dibawa) Tidak mesti diada-ada. Disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Yang penting menghadirkan rasa syukur atas apa yang diperoleh,” tandasnya.

 

Makanan-makanan itu, sambung Ucu, dikumpulkan di dalam masjid untuk didoakan lalu dinikmati bersama. Mereka yang tinggal di luar Kampung Naga atau sanaga membawa kembali makanan yang telah didoakan itu untuk dimakan bersama anggota keluarga yang


1 2 3

Related Post

Post a Comment

Comments 0