Si Kancil, Anak Kampung Murid JEAN Galunggung

Ichsan Sundawani
Mar 04, 2024

Ilustrasi: Dok. Pribadi

Hanya pada diri Cun-Cun, Si Kancil dapat merasakan adanya perkawanan yang tulus. Mungkin, karena sama-sama bukan anak juragan atau wali kelas, dan juga sama-sama merasakan keresahan serupa. Atas hal itu, terbentuklah dua culun yaitu Si Kancil dan Cun-Cun. Bagai anak kembar, mereka ke sana kemari hanya berdua saja, tanpa ada yang lain. Begitu seterusnya hingga masa "samen" atau pesta kenaikan kelas tiba.

Cun-Cun Disunat, Si Kancil Deklarasi Sapapait-Samamanis

Hari pertama masuk ke kelas dua di SD Inpres, seperti biasa Si Kancil celingukan mencari keberadaan Cun-Cun. Matanya tajam melihat ke setiap deretan kursi sekolah yang sudah tersusun rapi serta ditempati pemiliknya. Namun, Cun-Cun belum nampak. Di meja paling pojok, terlihat ada sebuah kursi kosong. Si Kancil berharap kursi tersebut segera diduduki Cun-Cun.

Seiring jam sekolah hampir selesai, Cun-Cun belum juga menampakkan dirinya. Si Kancil risau, hatinya gundah lantaran sang sahabat tak kunjung datang. Bel kepulangan pun berbunyi. Si Kancil lari secepat kilat menuju rumah Cun-Cun sekedar ingin memastikan karibnya itu masih hidup, alias tidak seperti kekhawatiran yang dirasakan Si Kancil.

Tiba di rumah Cun-Cun, Si Kancil pun kaget bukan main lantaran rumah tersebut terkunci dan tidak ada satu orang pun menjawab sahutan Si Kancil. Si Kancil murung, dia sedih Cun-Cun tak memberi kabar kemana hari ini Cun-Cun pergi. Sambil memeluk lutut di teras rumah Cun-Cun, Si


1 2 3 4 5

Related Post

Post a Comment

Comments 0

Trending Post